Lahir di Kalimantan Selatan pada 15 Februari 1983, saat ini beliau tinggal di Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Menempuh pendidikan Sarjana pada Program Studi Teknik Informatika pada tahun 2001, di Kota Pendidikan Yogyakarta. Latar belakang Pendidikan tersebut menjadi pijakan beliau dalam berkarir sebagai Pegawai Negeri Sipil di Instasi milik Pemerintah, yang bernama Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Sub Bidang Data dan Informasi. Salah satu produk yang dihasilkan pada Subid Data dan Informasi adalah Sistem Informasi Kepegawaian. Bekerja pada bagian tersebut ditambah lagi dengan semakin banyaknya teknologi terbaru dalam hal Web Development, membuat Pak Nicko merasa perlu upgrade keilmuannya, agar dapat terus mengoptimalkan Sistem Informasi Kepegawaian yang dibuat bersama timnya.
Selama 18 tahun berkecimpung di dunia programming, beliau tidak absen dari kompetisi IT, produk website yang diunggulkan beliau dalam perlombaan, meski kompetisinya sudah beberapa tahun berlalu. Fokus beliau pada ranah Web Development, mengantarkannya pada kelas PHP Laravel Batch #32 di Rumah Coding. Berawal dari pencariannya terhadap Best PHP Framework di Google, beliau menjatuhkan pilihannya untuk menekuni PHP Laravel. Saat ini, produk web yang digandrungi korporat/instansi besar memang merujuk ke PHP Laravel. Berbekal informasi yang didapat, beliau mendapatkan persetujuan dari instansi tempatnya bekerja untuk bisa mendalami PHP Laravel di Rumah Coding.
Sebagai penduduk asli Banjarbaru yang lahir pada 20 Juni 2019, saat ini beliau berdomisili di Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Beliau menamatkan pendidikan Sarjana pada Program Studi Teknik Informatika tahun 2010. Latar belakang Pendidikan tersebut menjadi batu loncatan beliau dalam berkarir sebagai Pegawai Negeri Sipil di Instansi milik Pemerintah, yang bernama Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Bidang Perencanaan. Meskipun tidak berhubungan langsung dengan programming atau coding, bidang tersebut menuntut Pak Roli untuk turut berjibaku dengan aplikasi-aplikasi dalam bidang perencanaan.
Beliau memasuki dunia programming sekitar tahun 2007, melalui jalur prestasi, jalur yang sangat didambakan oleh Siswa/i yang ingin melanjutkan kuliah ke bangku Universitas. Tak kenal maka tak sayang, peribahasa tersebut tampaknya cukup menggambarkan bagaimana Pak Roli bisa sampai berjodoh dengan jurusan Teknik Informatika. Meskipun sempat melirik Jurusan Teknik Elektro dalam jurusan yang dipilih saat jalur prestasi, bukanlah suatu hal sulit bagi beliau untuk bisa menekuni Teknik Informatika. Jika selama kuliah sudah mulai menyenangi TI, namun perjalanan beliau tidaklah selalu mulus. Selepas kuliah sempat mendapatkan posisi yang belum sesuai dengan background pendidikan Teknik Informatika, beliau berkisah saat lulus sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil penempatan pada Badan Koordinasi Penyuluhan yg dimanan tupoksi kerja nya tidak berhubungan langsung dengan latar belakang pendidikan karena harus menggeluti pada ketenagaan pertanian dan kelembagaanya. Untuk menangani kepegawaian ketenagaan di penyuluh pertanian. Tetapi hal tersebut bukanlah halangan beliau untuk terus belajar dan mengupgrade diri dengan teknologi-teknologi yang terbaru. Seperti saat ini, salah satu motivasi beliau dalam mengikuti kelas PHP Code Igniter di Rumah Coding, karena ingin terus memperkaya khazanah keilmuan Teknik Informatika. Seperti kita tahu, bahwa produk teknologi digital semakin hari semakin banyak versi terbaru dan terbaiknya, bila kita tidak membekali diri, bukan tidak mungkin kita akan tergerus zaman.
Flutter merupakan sebuah Mobile app untuk membuat aplikasi Android dan iOS dalam satu codebase. Google mengakui, adanya Flutter merupakan inspirasi dari React. Meski menggunakan Bahasa Dart, Flutter akan mudah dipelajari bagi yang sudah terbiasa menggunakan Java atau Javascript. Flutter dapat menghemat banyak waktu dalam pengerjaan prototype/tugas akhir untuk digunakan pada Android/iOS hanya dengan 1 codebase saja.
Uniknya, Flutter tidak menggunakan webview maupun widget bawaan, dengan memiliki mesin render tersendiri membuat Flutter memberikan keuntungan bagi developer yang menginginkan tampilan User Interface unik yang konsisten pada semua perangkat. Beberapa hal yang membuat Flutter menarik untuk dipelajari yaitu :
Sifatnya yang open source, membuatnya bisa diakses secara gratis
Flutter menyediakan plugin di Android Studio
Sekali membuat aplikasi dengan Flutter, kita bisa memasangnya di Google Playstore dan Appstore tanpa perlu mengkhawatirkan performa dan tampilannya, karena akan terlihat sama dengan yang dibuat menggunakan Java
Flutter memiliki cara berbeda dari platform hybrid lainnya, yang membuat aplikasi kita memiliki tampilan dan performa yang bagus
Developer memiliki otoritas penuh atas widget dan tata letak
Kinerja dan kompatibilitasnya lebih baik
Flutter dibuat menggunakan Bahasa C, C++, Dart dan Skia. Menariknya, framework ini semua kodenya dicompile dalam kode nativenya (Android NDK, LLVM, AOT-compiled) tanpa adanya interpreter sehingga prosesnya lebih cepat. Beberapa kelebihan yang digadang-gadang oleh Flutter diantaranya : Satu codebase untuk pengembangan aplikasi Android dan iOS, Native performance untuk 60 FPS (bisa dilihat pada presentasi Flutter Design), Hot-Reload bisa mengubah code meskipun aplikasi sedang berjalan, Custom UI/UX tanpa limitasi.
Namun demikian, ada beberapa hal yang sebaiknya perlu kamu perhatikan sebelum memutuskan menggunakan Flutter, diantaranya :
Redam dulu cita-cita untuk jadi programmer Flutter, karena perusahaan yang menggunakannya masih terhitung sedikit
Flutter merupakan produk keluaran baru, jadi komunitasnya juga baru berkembang , masih sulit untuk mencari resource dan bertanya-tanya tentang masalah yang dihadapi
Plug in-nya masih terdapat banyak bug, meski kadang perlu strategi yang agak tricky untuk solvingnya
Startup merupakan perusahaan yang baru saja didirikan dan masih mengalami fase pengembangan dan juga penelitian dalam menemukan pasar yang tepat. Istilah startup sering dihubungkan dengan perusahaan baru di bidang teknologi dan informasi, alasannya karena pada era 1998-2000 terjadi bubble dot-com (banyaknya perusahaan dot-com yang didirikan secara bersamaan pada saat itu). Beberapa karakteristik startup diantaranya :
Perusahaan yang berusia kurang dari 3 tahun
Pegawai berjumlah kurang dari 20 orang
Pendapatannya tidak lebih dari Rp 1.3 miliar per tahun
Lazimnya beroperasi dalam bidang teknologi
Produknya berbentuk aplikasi digital
Banyak beroperasi melalui website
Menurut Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, dalam acara Digital Economic Briefing yang diadakan oleh Tempo-Indosat Ooredo, mengatakan bahwa Indonesia optimis akan memiliki lebih dari 5 unicorn hingga tahun 2019. Hal ini sejalan dengan target pemerintah yang ingin menghasilkan 1000 startup sampai tahun 2020 mendatang.
Hingga tahun 2017, Indonesia sudah memiliki 3 startup yang menyandang status unicorn. Unicorn sendiri, merupakan gelar yang diberikan bagi perusahaan startup yang memiliki nilai valuasi (nilai yang bukan sekedar pendanaan dari investor) lebih dari $ 1 miliar. Ketiga perusahaan tersebut ialah Gojek, Tokopedia, dan Traveloka.
Sampai tahun 2017, Gojek memiliki peringkat teratas untuk total pendanaan sebesar US$1,75 miliar, dan mendapat gelar unicorn pada 4 Agustus 2016. Perusahaan yang digawangi Nadiem Makarim ini, menerima gelar unicorn setelah mendapatkan pendanaan $550 juta dari konsorsium 8 invenstor diantaranya Sequoia capital dan Warbrug. Gelar unicorn diraih gojek setelah 6 tahun eksistensinya, hal ini diperkuat dengan suksesnya gojek mendapatkan suntikan dana dari Tencent holding dan JD.com sebesar $1,2 miliar, nilai ini merupakan tertinggi diantara keempat unicorn.
Posisi kedua ditempati oleh Tokopedia yang memiliki total pendanaan sebesar US$1,347 miliar. Dari perolehan tersebut, tercatat investasi terbesar yang didapat yaitu dari Alibaba pada 17 Agustus 2017 sebesar US$1,1 miliar. Dilihat dari tanggal kelahiran, Tokopedia mendapat gelar unicorn seperti Gojek, yaitu setelah 6 tahun berdiri.
Posisi ketiga diduduki oleh Traveloka, yang mendapat gelar unicorn setelah Expedia berinvestasi sebesar $350 juta pada 27 Juli 2017 lalu. Meski menduduki peringkat ketiga, Traveloka terhitung cepat dibanding Gojek dan Tokopedia, karena telah mendapat gelar unicorn pada usia 5 tahun.
Pada acara Digital Economic Briefing, CEO Bukalapak mengklaim bahwa perusahaannya telah sukses menyandang gelar unicorn, menyusul Gojek, Tokopedia dan Traveloka. Achmad Zaky mengungkap, Bukalapak telah menerima pendanaan dengan total valuasi $1 miliar, tetapi kabar tersebut tidak dijelaskan lebih lanjut/dirahasiakan mengenai siapa investornya dan berapa pendanaannya.
Dilansir dari Dailysocial.id, mantan direktur Ovo Johnny Widodo dalam wawancaranya dengan CNBC Indonesia, menyebutkan tahun ini Ovo menjadi salah satu start up yang bervaluasi lebih dari $1 miliar. Namun narasi tersebut tampaknya masih diredam. Menurut sumber Finance Asia, valuasi Ovo sampai pendanaan putaran terakhir mencapai $2,9 miliar. Satrtup Report 2018 yang disusun oleh DSResearch memposisikan Ovo sebagai calon terdekat untuk penyandang gelar status unicorn kelima.